”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. ...an-Nasa’I dan Ahmad)
Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..[Q.S.Ar Rahman:13]

Sunday, March 27, 2011

Jenis-Jenis Tauhid

Mengenal Jenis-Jenis TauhidDi dalam Al Quran, Allah menyebutkan tentang kata Al Hanifiyah. Al Hanifiyah sendiri sebenarnya adalah millah( agama) dari Bapak Tauhid yaitu Nabi Ibrahim. Bila didefinisikan al hanifiyah berarti beribadah (menyembah) Allah dengan segenap keikhlasan. Dan peribadatan kepada Allah ini merupakan perintah Allah kepada seluruh umat manusia. Firman Allah:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku".
(QS Adz-Dzariyat : 56)

Ayat ini pun menunjukkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah beribadah kepada Allah. Namun peribadatan sendiri menjadi bermakna, apabila tidak disertai dengan tauhid (mengesakan Allah). Dahulu umat-umat para nabi dan rasul beribadah, namun ibadah mereka tanpa makna karena mereka tidak mentauhidkan Allah. Dan ini pula sebab terjadinya konflik(permusuhan) antara para nabi dan umatnya. Allah pun menegaskan bahwa dakwah para nabi dan rasul adalah dakwah tauhid ini.

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul yang menyeru beribadahlah kepada Allah dan jauhi Thaghut( sesembahan selain Allah)"

Begitu urgennya masalah ini sehingga tidak wajar apabila kita bodoh terhadapnya. Untuk memudahkan pemahaman, para ulama Ahlusunnah (Imam Ibnu Abil Izz, Radiyallahu 'anhu) mengklasifikasikan tauhid menjadi 3 yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah
2. Tauhid Uluhiyyah
3. Tauhid Asma' wa sifat

1. Tauhid Rububiyah. Yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan Nya, maksudnya adalah menyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah Pencipta seluruh makhluk, Pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan. Jika seseorang meyakini tauhid jenis ini tidak otomatis menyebabkan seseorang keluar dari keadaan syirik ke dalam Islam dan tidak menjadikan haram darahnya serta tidak menjadikannya selamat dari neraka.

Jenis tauhid ini telah diakui oleh kaum musyrikin zaman dahulu dan diakui pula oleh seluruh agama seperti Yahudi, Nasrani, al-Shabi'in atau orang-orang penyembah bintang atau dewa dan majusi, tidak ada yang mengingkari macam tauhid ini kecuali kelompok Ad-Dahriyah pada waktu dulu dan komunis pada zaman kita sekarang.

Dalil yang menunjukan pengakuan orang-orang musyrikin terhadap tauhid Rububiyah adalah firman Allah :
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi tentu mereka akan menjawab Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya" (QS Luqman : 25)

"Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, dan siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan, maka mereka akan menjawab Allah, maka katakanlah mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya). Maka (Dzat yang demikian) itulah Allah tuhan kamu yang sebenarnya maka tidak ada sesudah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan(dari kebenaran)" (QS Yunus : 31-32)

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka akan menjawab semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui" (QS Az-Zuhruf : 9)

Tauhid Ar-Rububiyyah adalah pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Bahwa alam dunia ini tak pernah memiliki dua pencipta yang berseteru dalam karakter dan perubahan. Bentuk tauhid semacam ini tidak pernah disanggah oleh kelompok manapun dari anak cucu Adam Alaihi As-Salam.

Sebaliknya hati mereka secara kodrati telah diciptakan untuk mengakui tauhid itu. Sebagaimana dinyatakan oleh para Rasul dan dinukil dalam Al-Qur'an. "Artinya : Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi ?" [Ibrahim : 10]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda. "Artinya : Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ayah dan ibunya-lah yang akan menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi" [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari 1358, Muslim 2658, Ahmad II:393, Malik I:241, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu]

Tidaklah dapat dikatakan, kalau makna hadits tersebut adalah bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan lugu, tidak kenal arti tauhid, tidak juga mengerti apa arti syirik. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda meriwayatkan dari Rabb-Nya 'Azza wa Jalla. "Artinya : Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus. Lalu datanglah setan membelokkannya dari kebenaran" [Diriwayatkan oleh Muslim 2865, Ahmad IV : 162,163,266 dari hadits 'Iyadh bin Himar Al-Mujasyi'i]

Dan di dalam hadits yang terdahulu, juga terdapat hal yang menjelaskan perkara itu (fitrah manusia). Karena Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "(Kedua orang tuanyalah) yang menjadikan dirinya orang Yahudi, Nashrani ataupun Majusi". Nabi tidak menyabdakan : "... dan dirinya sebagai Muslim".

Manusia yang paling terkenal dengan kepura-puraan dan sikap berlagak bodohnya, dengan mengingkari Sang Pencipta adalah Fir'aun. Padahal ia meyakini semua itu dalam hati. Musa berkata kepadanya : "Musa menjawab : "Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata ..." [Al-Isra : 102]

Allah berfirman menceritakan diri Fir'aun dan kaumnya. "Artinya : Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..." [An-Naml : 14] [Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah-1, hal 54-55, Pustaka At-Tibyan]

Mengimani Rububiyah AllahMengimani rububiyah Allah artinya mengimani sepenuhnya bahwa Dialah Tuhan satu-satunya yang tiada sekutu dan tidak ada penolong selainnya. Rabb adalah yang berhak menciptakan memiliki serta memerintahkan. Jadi tidak ada pencipta, pemilik, selain Allah, dan tidak ada peintah selain perintah dariNya. Allah berfirman :

"….Ingatlah mencipta dan memerintah hanyalah hak Allah mahasuci Allah Rabb Tuhan Semesta alam" (Al Quran Al A'raf: 54)

"… yang berbuat demikian itu adalah Allah rabbmu. Kepunyaanlah kerajaan dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tidak mempunayai apa-apa wlaupun setipis kulit ari ". (Al Quran Fathir : 13)

Orang yang mengingkari rububiyah Allah adalah orang yang congkak, walaupun ia sendiri tidak meyakini kebenaran ucapannya.

"Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mu'jizat-mu'jizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata. Dan sesunggguhnya aku mengira kamu wahai fir'aun seorang yang akan binasa. " (Al Quran Al 'Isra' : 102)

Perintah Allah mencakup perintah kauni (alam semesta) dan perintah syari'at, dia adalah Pengatur alam sekaligus sebagai Pemutus seluruh perkara sesuai dengan tuntutan hikmahnya. Dia juga yang menetapkan hukum-hukum ibadah dan muamalah sesuai dengan hikmahnya oleh karena itu siapa yang menyekutukan Allah maka dia telah kufur kepada-Nya. 
Mengimani sifat uluhiyah Allah

Beriman kepada Uluhiyah Allah berarti benar-benar menyakini bahwa Dialah satu-satunya Sesembahan yang benar dan tidak ada sekutu baginya. Tiada yang berhak untuk diberikan wujud peribadatan kita selain Allah, baik dari kalangan para Nabi (yang sangat dekat dengan Allah), para malaikat, orang shalih, apalagi yang selain mereka yang ketaqwaannya berada di bawah mereka.

Ibadah tak boleh diberikan kepada suatu makhluk manapun, entah ia jin, manusia, malaikat, langit, bumi dan semua makhluk. Pokoknya, bentuk-bentuk ibadah kita seperti berdoa (misal minta rejeki, minta keselamatan, minta jodoh dan minta yang lain), beristiadzah (minta perlindungan dalam keadaan bahaya atau dari gangguan sesuatu), berqurban, istighotsah, rasa tawakal, rasa takut, berharap (seperti berharap pahala, surga dan takut neraka) dan bentuk ibadah yang lain hanya dan hanya untuk Allah semata. Tak ada istilah 'mendua' dalam hal ini.

ILAH (uluhiyah) sendiri kalau diartikan , maka ia bermakna alma'luh yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Berkaitan dengan pengertian ini Allah berfirman : "Dan tuhanmu adalah Tuhan yang maha Esa, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Dia, yang maha Pemurah lagi maha Penyayang" (Al Baqarah : 163)

Dia saja yang berhak diberikan ketundukan mutlak, tempat kita merendahkan dan menghinakan diri. Tak boleh bagi kita menghinakan diri kepada yang selain Allah, dengan hati maupun perbuatan serta perkataan, sehingga tak pantas bagi seorang muslim menghinakan dirinya kepada makhluk lain dengan bersujud, atau ruku' di hadapan mereka. Di sini akan nampak bahwa seorang muslim memiliki izzah (kemuliaan) yang sangat tinggi. Muslim tak akan merasa hina, dan bahkan penuh percaya diri di manapun dia berada, terlebih dengan orang-orang kafir musuh-musuh Allah.

Tak boleh juga bagi kita memberikan puncak kecintaan kita kepada selain Allah, yang dengan kecintaan tersebut kita taat kepada yang selain Allah , bahkan dalam masalah yang dimurkai Allah. Cinta kita hanya kepada Allah dan karena Allah semata. itulah cinta yang bermuatan ibadah. Cinta kepada orang tua, isteri, anak, saudara, kawan dekat dan manusia manapun tak boleh bertentangan dengan cinta kita kepada Allah Ta'ala.

Kemudian Allah berfirman pada ayat yang lain : "Allah menyatakan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan demikian, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain dia yang maha Perkasa lagi maha Bijaksana" (Ali Imran : 18).

Demikianlah, Allah disini menyertakan persaksian para malaikat dan ahlu ilmu dalam menyatakan bahwa memang hanya Dia saja yang pantas untuk diibadahi. Menunjukkan tentang ketinggian kedudukan para malaikat dan para ahli ilmu. Dan Allah berhak untuk meninggikan siapa yang Dia kehendaki dan merendahkan siapa yang Dia kehendaki.
Di ayat yang lain Allah menyinggung sesembahan yang disembah oleh manusia selain Allah, dengan firmanNya : "Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah sesembahan yang benar dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah itulah yang bathil dan sesungguhnya Allah dialah yang maha Tinggi lagi maha Besar" (Al Hajj : 62) .

Mereka para sesembahan yang disembah selain Allah, hanya satu kata yang tepat bagi mereka, yaitu mereka semua adalah batil. Bagaimana pantas mereka disembah, padahal mereka tak mampu menolak bahaya yang datang kepada mereka. Sehingga ini pula yang pantas kita katakan kepada mereka para penyembah wali, jin, dan para makhluk. Bahwa mereka semua adalah sesembahan yang tidak sah alias batil / keliru.

Dan bagi kita seorang muslim hanya Allah lah tempat kita memohon, berlindung, meminta, bertawaakal, beritighotsah, berqurban dan bernadzar, atau singkatnya
"Sesungguhnya sholatku, berqurbanku, kehidupanku dan kematianku hanyalah untuk Rabb alam semesta".

Tauhid Uluhiyyah
Jenis Tauhid kedua adalah Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah sendiri mengandung arti mengesakan Allah dengan semua peribadatan yang disyariatkan. Segala peribadatan tersebut tidaklah boleh dipalingkan kepada siapapun, apakah nabi yang diutus atau malaikat yang mempunyai kedudukan dekat disisi Allah, terlebih lagi kepada yang lain.

Contoh dari ibadah antara lain thowaf, sholat, haji, puasa, nadzar, i'tikaf, menyembelih, sujud, ruku', khauf (rasa takut), raja` (rasa harap), senang, takut, khusyu', istighosah (memohon pertolongan dikala kesempitan) atau jenis ibadah yang lainnya yang telah Allah syariatkan didalam Al-Qur'an dan telah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam syariatkan dalam sunnahnya yang shahih, baik perbuatan maupun ucapan.

Barang siapa memalingkan satu bentuk ibadah kepada selain Allah maka dia telah musyrik berdasarkan firman Allah : "Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain disamping Allah padahal tidak ada satu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung". (QS. Al-Mu'minun :117)

Ibadah apabila didefinisikan secara bahasa maka ia bermakna merendahkan diri dan tunduk. Seperti ungkapan di dalam bahasa Arab "thoriq mu'abad" yaitu jalan yang sudah permanen (sudah diratakan dll).

Secara syar'i makna ibadah adalah sebagaimana perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yaitu: Ketaatan kepada Allah dengan menjalankan apa yang diperintahkan Allah melalui lisan Rasul-Nya. Beliau juga menjelaskan ibadah adalah kata yang mencakup semua jenis perkataan dan perbuatan, baik yang lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhai Allah.

Ada beragam ibadah yang disyariatkan oleh Islam diantaranya :
1. Ruku' dan sujud. Firman Allah : "Hai orang-orang yang beriman, ruku`lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan"
(QS Al-Hajj : 77)

2. Sholat dan menyembelih. Firman Allah Surat : "Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam " (QS Al-An'am : 162-163)

3. Nadzar (janji pada ALLAH) dan Thawaf. Firman Allah : Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah) " (QS Al-Hajj : 29)

4. Sumpah. Sabda Rosulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang shohih: "Barang siapa bersumpah dengan selain Allah maka sungguh dia telah musyrik". Diriwayatkan oleh Imam Ahmad

5. Isti'anah (minta pertolongan) Firman Allah :
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" (QS Al-Fatihah : 5)

Sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Apabila engkau meminta maka memintalah kepada Allah dan apabila engkau beristi'anah (minta pertolongan) maka mintalah kepada Allah."

6. Istighotsah (minta pertolongan setelah ditimpa kesulitan)
Firman Allah Surat : "(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". (QS Al-Anfal : 9)

7. Do'a
Firman Allah : " Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa`at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". (QS Yunus : 106)

8. Khauf (takut)
Firman Allah : " Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS Ali Imran : 175)

8. Raja' (berharap)
Firman Allah : " Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo`a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka." (QS AS-Sajdah : 16)

9. Rahbah (takut)
Firman Allah : "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut". (QS AN-Nahl : 51)

10. Khasyah (Takut)
Firman Allah : " Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. " (QS Al-Maidah : 44)

11. Roghbah (berharap) dan Rohbah (cemas)
Firman Allah : " Maka Kami memperkenankan do`anya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami." (QS Al-Anbiya : 90)

12. Khusyu'
Firman Allah : "Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan-nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. " (QS ALi Imron : 199).

13. Mahabbah (Kecintaan)
Firman Allah : " Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (QS Al-Baqarah : 165).
lTauhid Asma' dan Sifat

Tauhid jenis yang selanjutnya adalah tauhid Asma' dan Sifat. Tauhid ini mengandung pengertian beriman dengan setiap Nama dan Sifat Allah yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits shahih yang Allah sendiri sifatkan dan yang disifatkan oleh Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam, secara hakiki tanpa ta'wil (membelokkan ke makna lain), takyiif (memvisualkan), ta'thil (menolak), tamtsil (menyerupakan), tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Allah).

Seperti Bersemayam, Turun, Tangan, Datang dan sifat-sifat yang lain, yang penafsirannya sebagaimana para salaf telah sebutkan :

Istiwa (bersemayam) penafsirannya disebutkan dari Abi Aliyah dan Mujahid dari kalangan Tabi'in, dalam Shahih Bukhari bahwasanya Istiwa itu maknanya Al-'Uluw wal Irtifa' (tinggi dan diatas) yang keduanya sesuai dengan keagungan-Nya. Firman Allah : "(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Asy-Syuura : 11)

Oleh karena itu tatkala Imam Malik ditanya tentang Istiwa maka beliau menjawab :" Istiwa itu maknanya sudah diketahui, caranya tidak diketahui dan Iman kepadanya Wajib sedang bertanya tentang ini hukumnya Bid'ah." Yang maknanya : bahwa Istiwa itu sudah diketahui yaitu tinggi dan diatas sesuai dengan keagungan Allah, tidak ada yang mengetahui caranya kecuali Allah, yang pasti tidak menyerupai mahluk-mahluknya.

Ta'wil : Memalingkan ayat-ayat dan hadits Shahih dari dhahirnya ke makna lain yang bathil. Seperti Istawa ke makna Istaula (menguasai).

Ta'thil : Mengingkari sifat-sifat Allah dan meniadakannya, seperti sifat Al-'Uluu bagi Allah di atas langit. Kelompok-kelompok yang sesat berkeyakinan bahwa Allah berada di setiap tempat (jelas menghina ALLAH karena termasuk tempat-tempat kotor).

Takyiif : Menanyakan tata cara / bagaimanakah sifat-sifat Allah. Tata cara sifat-sifat Allah begini dan begitu. Maka sifat Al-'Uluw Allah diatas langit dan Arsy-Nya tidak menyerupai mahluk-Nya dan tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Tamtsil : Yaitu menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat mahluk-Nya, maka jangan mengatakan turun-Nya Allah ke langit dunia seperti turunnya kita. Tidak diketahui tempat dan dan cara turun-Nya kecuali Allah,

Tafwidh : Yaitu peniadaan penafsiran sifat Allah dan menganggapnya termasuk ayat-ayat mutsyabihat (samar) yang diserahkan penafsirannya kepada Allah, tidak ditafsirkannya sifat Istiwa ini adalah bentuk peniadaan sifat Allah.

Makna Ar-Rahman 'alal 'Arsy Istawa
Sesungguhnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda pada haji wada' : "Dan kalian akan ditanya tentangku, maka apa yang akan kalian katakan : "Kami bersaksi bahwasanya engkau telah menyampaikan, menunaikan dan engkau telah menasihati." Maka Rasulullah menjawab sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah langit lalu mengarahkannya kepada manusia, dan beliau bersabda "Allahumasyhad". (Ya Allah saksikanlah !) tiga kali"

Diriwayatkan Imam Muslim. Abu Hanifah - Radliyallaahu 'anhu- ditanya tentang siapa yang berkata "saya tidak tahu Rabb-ku di langit atau di bumi ?" maka beliau menjawab dia telah kafir karena Allah berfirman : "(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy". (QS Thaha : 5)

Saya berkata :"Jika dia mengatakan bahwasanya Allah diatas Arsy akan tetapi dia berkata: "Saya tidak tahu Arsy itu di langit atau di bumi ?" maka beliau menjawab "Dia kafir karena dia telah mengingkari, bahwasanya Allah di langit. Siapa yang mengingkari bahwasanya Allah di langit maka dia kafir (Syarah Thahawiyah Hal.322).

Imam Bukhari dalam kitabnya AT-Tauhid menukil dari Abi Aliyah dan Mujahid tentang makna Firman Allah "Tsumas tawa ilas samaa..." yakni Al-'Uluu wal Irtifa' (diatas dan tinggi; maksudnya kemudian Allah bersemayam berada di langit).

Berkata ahli tafsir Imam Thobari tentang firman Allah Ar-Rahman 'alaa Arsy Istawa" yaitu Al-'uluu wal Irtifa', dan ditanya Abdullah Ibnu Mubarak "Bagaimana kita mengetahui Rabb kita ?" maka Abdullah menjawab sesungguhnya Allah diatas langit ketujuh diatas Arsy. Sesungguhnya telah diulang dalam Al-Qur'an tentang bersemayam diatas Arsy sebanyak tujuh kali yang menunjukkan bahwa Allah bersemayam diatas Arsy-Nya, sifat yang sempurna bagi Allah, sifat tersebut memiliki kedudukan yang agung.

Ketika Imam Malik ditanya tentang istawa beliau menjawab istawa itu maknanya sudah diketahui, caranya tidak diketahui, beriman kepadanya wajib. Makna istawa itu sudah diketahui maksudnya secara bahasa, yaitu Al-'Uluu wal irtifa' di Atas dan Tinggi) tidak ada yang mengetahui caranya kecuali Allah dan tidak sama dengan mahluk-mahluk-Nya.

Tidak Boleh menafsirkan Istawa dengan arti istawla (menguasai), karena arti ini tidak didapatkan dalam bahasa Arab.

Wallahu a'lam.
Silahkan menyalin & memperbanyak artikel ini dengan mencantumkan url sumbernya.
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=154
 Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=156

No comments:

Post a Comment