”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. ...an-Nasa’I dan Ahmad)
Fabiayyi alaairobbikumaa tukadzdzibaan..[Q.S.Ar Rahman:13]

Wednesday, March 23, 2011

ADAB & BEKAL MENUNTUT ILMU TERHADAP DIRI SENDIRI

Bismillahirrohmanirrohim..

Sungguh telah dipahami bersama , bahwa menuntut ilmu agama adalah fardhu ain (kewajiban bagi setiap pribadi) bagi tiap muslimin. Maka saat ini dampak dari kesadaran yang tinngi terhadap kewajiban tersebut ada disetiap lapisan masyarakat.

Hal ini patut kita dambakan dan kita syukuri kepada Allah . Ini terlihat di berbagai instansi , di setiap daerah terdapat dan tumbuh subur majelis-majelis taklim yang dipenuhi oleh generasi muda, orangtua maupun remaja.

Namun , sungguh tidak sedikit yang kita dapati dari hasil menuntut ilmu, praktik-praktik keseharian yang bertentangan dengan ilmu yang didapatnya. Ilmu yang mereka dapatkan kemarin, hari ini sudah lupa. Hari ini mendapat kajian ilmu, beberapa hari sudah tak ingat, tak berbekas lagi. Banyak pula yang mengaku ahlus sunnah justru menjadi penentang sunnah dan memperolok-olokkannya.

Sungguh yang demikian ini menunjukkan tidak berkahnya ilmu yang didapat lantaran ketidaktahuan tentang landasan ilmu syar'i dan kurangnya adab dalam menuntut ilmu itu sendiri.

Oleh karena itu, pokok dari setiap perkara yang diperintahkan untuk dipahami dan dihayati : bahwasannya ILMU ITU IBADAH . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam majmu fatawa-nya X hal 11-13,15 & XI hal 314 , mengatakan : ILMU ADALAH IBADAH.

Berkata sebagian ulama bahwa : Ilmu adalah shalat yang tersembunyi dan merupakan ibadah hati.

Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid , dalam Hilyah Thalabil ilmi : 4:
"Maka orang yang menuntut ilmu hendaknya mempunyai adab terhadap dirinya ."
Adapun adab yang harus diperhatikan, diantaranya :

1. Ikhlasun Niyyati lillahi ta'ala (Niat ikhlas hanya untuk Allah)

Sungguh Allah telah berfirman :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah (beribadah) kepada Allah dengan mengikhlaskan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus."
Begitu juga dalam hadits al Fardhi al Masyhur dari amirul mukminin , Umar bin Khaththab , bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya," HR Bukhari & Muslim

Maka sesungguhnnya dari keikhlasan niat ini dapat menyebabkan (keberkahan) ilmu dan pengalihan kedudukan keutamaan taat dari serendah-rendahnya penyimpangan. Tidak ada yang lebih menghancurkan ilmu seperti halnya riya'. (lih. Tahdzibul Atsar 2 hal 121-122, At Thabari)

Contohnya , melalui ucapan : "Aku telah tahu dalam masalah ini" dan "aku telah hapal ini". Tujuannya agar didengar dan diakui oleh orang lain (sehingga dipuji).

Dengan dasar ini, maka bersungguh-sungguhlah dalam menghindar dari semua yang merusak niatmu dalam menuntut ilmu yang benar, meonjolkan diri diantara teman sebaya (seangkatan) , menjadikan ilmu tsb sebagai sarana untuk kebendaan , sesuatu yang tidak kekal seperti kedudukan , harta benda , kebesaran , atau biar dipuji , mencari perhatian manusia. Maka sungguh yang semisal itu jika merubah niat maika rusaklah niat itu dan hilanglah berkah ilmunya.

Maka tamassuk (berpegang teguh) lah kamu sekalian dengan al urwatul wutsqo (tali yang kuat) yang menjaga dari perusak niat, agar kamu menjadi sangat takut dari pembatal-pembatal keikhlasan , yakni dengan mencurahkan kesungguhan dalam keikhlasan yang disertai dengan rasa membutuhkan yang amat sangat dan pasrah kepada Allah.

Sungguh , ikhlas adalah kata yang mudah diucapkan , namun amat sukar dilaksanakan, sehingga Sufyan bin Said Ats Tsaury berkata : "Tidak ada suatu yang lebih menyulitkanku dari pada niatku." Maka hendaklah berusaha dan berdoa kepada aaLLAH Azza wa jalla.

2. Mahabatullahi wa Mahabbatu Rasulihi (Cinta kepada Allah dan RasulNya)

Realisasinya adalah dengan memurnikan ittiba'(mengikuti) atsar Rasulillah shalallahu alaihi wa sallam. Sungguh Allah ta€ ¦’²ala telah berfirman : "Katakanlah (hai Muhammad) jika kamu mencintai Allahmaka ikutilah aku , niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran :31) "

Kedua bekal dan adab diatas hendaknya ditempatkan kedudukannya sebagai mahkota dalam diri seseorang.

Wahai orang yang menuntut ilmu , kamu adalah orang-orang yang duduk bersimpuh untuk belajar dan yang amat mulia yaitu thalabul ilmi. Maka , aku wasiatkan kepadaku dan kepada kamu sekalian agar bertaqwa kepada Allah dalam keadaan sembunyi (sendirian) ataupun terang-terangan (dihadapan banyak orang) .Takwa ini merupakan kpersiapan , dan dari takwa ini terdapat keutamaan-keutamaan yang merupakan faktor pendorong kekuatan bagi tingginya
derajat. Takwa merupakan pengikat hati yang amat kuat dari fitnah-fitnah yang ada , maka janganlah kamu lalai .

3. Mulazamatu Khasya (Konsisten dalam takut kepada Allah)

Hiasilah senantiasa rasa takut kepadaNya baik dalam terang-terangan maupun dalam sembunyi. Tetaplah dalam penjagaan syariat Islam , menjanpakkan sunnah-sunnah serta menyebarkannya dengan cara mengamalkan dan mengajak orang lain untulk melaksanakannya. Bersaikaplah satria , hendaklah memudahkan dan tidak menyulitkan serta berpola laku yang shalih . Semua ini
bisa diraih dengan khasy-yatullah.

Imam Ahmad berkata : "Asas ilmu adalah takut kepada Allah (Khasy-yatullah)"

Sebaik-baik mahluk yang melata di bumi ini adalah orang yang takut kepada Allah dan tidaklah seseorang takut kepada Allah kecuali orang yang alim (ulama). Namun ingatlah bahwa yang dimaksud alim adalah orang byang dengan ilmunya itu beramal , dan tidaklah orang itu beramal kecuali didasari dengan khasy-yatullah.

4. Dawamul Muraqabah (selalu merasa diawasi oleh Allah)

Hendaknya penutut ilmu selalu merasa diawasi oleh Allah dalam segala keadaan dan dimana saja berada dalam rangka berjalan menuju Allah dengan hati antara khauf (tajut) dan raja' (berharap) . Keduanya bagaikan sayap bagi seekor burung. Sehingga tidak bisa hilang salah satunya . Maka hadapkan dirimu kepada Allah keseluruhan. Penuhi hatimu dengan muraqabah , basahi bibirmu selalu dengan dzikir kepada-Nya dan selalu merasa senang dengan hukum-hukum Allah dan hikmah-hikmahNya.

5. Rendah hati dan Tidak sombong

Berbekalah dengan adab nafsi dengan selalu menjaga diri, santun, sabar, tawadhu demi kebenaran , ketenangan , rendah hati. Dalam hal seperti ini engkau membawa beban belajar demi mulianya ilmu, dalam keadaan merendah diri demi kebenaran.Maka hati-hatilah dari berlaku sombiong . Sungguh telah sampai kepadamu kaum salaf yang begitu hati-hati dari prilaku sombong.

6. Jadilah mengikuti jejak salafus sholeh

Hendaknya kita menjadi salafi yang benar-benar, yaitu menelusuri jalannya orang-orang terdahulu dari kalangan shahabat Rasul shalallahu alaihi wa sallam, yang allah telah ridha kepada mereka , jalannya orang-orang generasi setelah shahabat yang selalu mengikuti jejak mereka dalam permasalahan agama, baik dalam masalah aqidah , ahlak , dan keseluruhan manhaj. Berpegang teguhlah dengan sunnah Rasul Shalallahu alaihi wa sallam, tinggalkanlah jidal (berdebat) tanpa ilmu , jauhi tebak-menebak tanpa ilmu , serta tinggalkan keasyikan pada ilmu kalam.

Umar bin Abdul Aziz berkata :

“Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu (Salafus Shalih) itu berhenti di atas dasar ilmu dengan bashirah yang tajam (menembus) mereka, menahan (dirinya), dan mereka lebih mampu dalam membahas sesuatu jika mereka ingin membahasnya.” (Bayan Fadlli Ilmis Salaf 38)

Diambil dari mailing list salafiyyin@yahoogroups.com


No comments:

Post a Comment